Malam yang kelam kala itu. Masa seakan mati ditelan mayapada. Lampu lentera tidak lagi berguna. Angin pun enggan memberi kenyamanan pada penggemarnya. Kini tergeletak benda yang kujaga betul-betul. Kutekan tombol power berulang, layar monitor tidak kunjung menyala. Bagaimana mungkin? Tidak mungkin aku merengek kepada Emak meminta uang untuk memperbaiki laptop ini, untuk makan saja kami harus mengeluarkan peluh di kebun karet milik Pak Ogah, mengumpulkan karet. Laptop ini pemberian Almarhum Bapak, bukan beli, tetapi menang undian jalan santai tiga tahun lalu. Aku mendengus sebal, menyerah akan keegoisan mesin canggih ini. Ada baiknya jika aku terlelap lalu berharap esok ada keajaiban. Semoga masa tidak lagi menunda sehingga membiarkanku larut dalam kemalangan. Aku melipat monitornya dengan hati-hati dan kuletakkan di meja nakas dari bambo berumur itu. Laptop ini, satu-satunya jalanku kini. Perlahan, kesadaranku hilang, ruhku beranjak menemui alam fananya yang disebut mimp...
Keep on writing your story